Oleh: thuyobening | Maret 21, 2008

Mengapa berinvestasi:INFLASI

see new site:

www.beningstock.com

Kita mendengar istilah itu. Setiap bulan, setiap tahun pemerintah mengumumkan “pencapaian”inflasi. Kita tahu, tapi tahu saja tidak menjamin bahwa kita sadar sepenuhnya dampak inflasi bagi kita, dan terutama bagi duit yang kita miliki. Buktinya berapapun angka inflasi di publish, satu digit, dua digit kita nggak peduli. Kita tetap nyaman dengan tabungan kita dibank. Imam Semar (http://ekonomiorangwarasdaninvestasi.blogspot.com/) mengatakan bahwa inflasi adalah pajak atas tabungan kita. Tapi siapa peduli, toh duit ditabungan kita masih utuh, masih bisa untuk beli kacang!

Kelemahan kita adalah melihat angka, dan sulit melihat nilai. Angka yang tertera dalam uang yang kita lihat, bukan kemampuan angka itu untuk mengganti nilai barang yang kita beli. Cermatilah, dan bandingkan berapa kemampuan uang seribu saat ini, dan sepuluh tahun lalu. Hitunglah kenaikannya berapa persen dan bandingkan dengan jumlah angka inflasi yang dirilis pemerintah. Ada selisih. Jauh selisihnya. Itulah pemerintah punya kewajiban menjaga optimisme anda, sehingga akan merilis hal yang optimis. Sedangkan yang tidak tentu sebisa mungkin akan disembunyikan.

Terus apa sebenarnya inflasi? Siapa penyebabnya?. Kompleks menjawabnya, tapi sederhananya, inflasi disebabkan jumlah uang yang beredar lebih besar dibandingkan jumlah barang. Akibatnya barang menjadi “lebih” mahal. Tapi tidak seperti itu saja, jika pengertian tersebut dibalik menjadi jumlah barang lebih sedikit dari pada jumlah uang, inflasi juga bisa terjadi. Apa perbedaannya? Yang pertama, tentu uangnya yang bertambah, dan tentu ada peningkatan dari sumber uang itu sendiri. Itu bisa terjadi karena pemerintah meningkatkan jumlah uang yang dicetak, bisa juga karena kenaikan pendapatan atau gaji anda, atau karena hal lainnya. Tapi yang kedua, disebabkan barang yang sedikit, misal ulah spekulan, paceklik, kenaikan minyak, dll.

Oleh sebab itu jika anda pegawai negeri, dan menuntut adanya kenaikan gaji, atau anda buruh dan menginginkan pemerintah menaikan UMR (Upah Minimum Regional), kemudian dikabulkan jangan keburu bahagia. Ada mekanisme penyesuaian pasar, yang oleh Adam Smith disebut “The invisible hand”, artinya kenaikan gaji anda tidak serta merta meningkatkan daya beli anda. Besok setelah gaji anda naik, anda akan menjumpai barang-barang menjadi mahal. Pasar selalu punya cara untuk menyesuaikan. Peningkatan permintaan beli menyebabkan barang menjadi langka, dan itu artinya mahal; inflasi. Lagi pula dimanapun, biasanya pedagang selalu lebih pintar, kalau ada peluang untung mengapa harus jual rendah.

Apa siasat untuk mengamankan asset anda dari inflasi. Jangan taruh di tabungan, tapi konversi ke asset. Tidak selalu saham, atau instrumen investasi yang lain, tapi investasi riil juga bisa. Belikan barang yang mempunyai resiko rendah terhadap terjadinya deflasi. Jangan taruh duit ditabungan, ataupun deposito. Coba hitung jika bunga bank adalah 9% dan inflasi adalah 6% anda hanya untung 3%, sisanya adalah apa yang disebut imam semar sebagai “potongan atas tabungan anda”. 6% adalah penyusutan nilai waktu uang atau penurunan daya beli anda. Uang adalah asset liquid, dan semenjak uang giral menjadi uang kartal, pemerintah dengan bebas mencetak uang berapa pun jumlahnya. Nilai uang selalu susut karena ada nilai waktu uang (time money value). Tidak akan dijumpai kenaikan harga saat ini, dan besoknya bisa turun lagi. Lihatlah apa BBM naik, bisa turun lagi. Beras naik dan nantinya bisa lebih murah, kalau tidak disubsidi. Dan itu penyebabnya adalah uang kertas. Pada uang kertas nilai intrinsik (bahan pembuat uang) tidak sebanding dengan nilai ekstrinsik (nilai nominal). Oleh sebab itu berbeda dengan uang emas atau uang dinar. Inflasi pada uang giral memungkinkan terjadinya deflasi, karena jumlah uang giral cenderung konstan.

Mulai sekarang taruhlah uang anda pada barang yang mempunyai nilai, dan bukan pada kertas, atau catatan nominal bank. Asset liquid anda yang semula besar, kemudian sesaat anda setelah bangun tidur telah berubah tidak bisa beli apa-apa. Belikan tanah, belikan emas, belikan property atau yang lain, yang bisa mengamankan dari potongan hantu inflasi. Berinvestasilah, karena itu cara bijak yang paling bijaksana. Pernah lihat film Forest Gump orang yang disebut lingkungannya tolol, tapi penuh keberuntungan mengatakan kita memang butuh uang, tapi sedikit, selebihnya adalah hiasan. Sudahkah anda memikirkannya!


Tanggapan

  1. Alhamdulillah sedang Mas 🙂
    Ya pastinya nilai uang/asset kita mestinya harus melebihi tingkat inflasi, kalau cuma motif safety menabung di bank dengan interest rate yang lebih kecil dari tingkat inflasi, nilainya bukan malah naik kan malah jadi ada depresiasi.
    salam kenal, nice blog 🙂
    -nenyok-


Tinggalkan komentar

Kategori